Kebahagiaan itu seperti pelangi, tak pernah berada di atas kepala sendiri. Dan Pelangi itu tidak akan indah jika hanya satu warna, kalau langit tidak menangis mana mungkin taman akan tersenyum..

Kamis, 10 September 2015

Ratapan Anak Tiri 9

RATAPAN ANAK TIRI
bagian ke 9
cerita : " GUYON MATON "

Saat itu hari sudah sore Agus mulai kebingungan karena merasa asing, di daerah itu dia tidak tahu saat ini ada dimana, sehingga dia hanya berdiri dan bingung harus kemana, dengan langkah lesu Agus pun melangkah tanpa tujuan hingga sampai di sebuah tempat peristirahatan kendaraan pribadi di jalan pantura yang terdapat pom bensin, rumah makan, mesjid, bengkel dan beberapa warung yang selalu ramai dan banyak kendaraan parkir di tempat itu, Agus pun duduk2 untuk beristirahat.

Tak lama kemudian datang sebuah kendaraan pribadi dan parkir dekat rumah makan orang yg ada di dalam mobil yang tak lain bernama Heru Purnama keluar dari mobilnya, dan langsung menuju rumah makan, namun tanpa di sadari dompetnya terjatuh tidak jauh dari tempat dimana Agus sedang duduk,
Buru2 Agus mengambilnya dan dibuka ternyata banyak uang di dalamnya Agus pun gemetar karena baru saja menemukan uang banyak.
ENNY : Gus...kita bertiga sedang kelaparan...tapi jangan hanya karena lapar kau sampai jadi pencuri...kakak tidak mau itu
AGUS : maaf kan aku kak...aku terpaksa melakukannya
ENNY : orang tua kita di alam sana pasti sedih..kalau tahu anaknya jadi pencuri
AGUS : ..!!??..astaga...ini bukan milikku
Begitu teringat pesan Enny kakaknya... Agus pun langsung berlari masuk kerumah makan itu dan mencari lelaki yg baru masuk tadi .
AGUS : maaf om..apakah dompet ini milik om..?
Heru Purnama langsung bangun dari duduknya dan meraba kantongnya ternyata benar dompetnya tidak ada Heru pun langsung menyambar dompet miliknya dari tangan Agus dan memeriksa dompetnya, isinya masih utuh dan tidak ada yg hilang.
HERU : terima kasih dik...maaf kalau tadi om bersikap kasar padamu
AGUS : tidak apa apa om
HERU : ini uang untukmu sebagai tanda terima kasihku padamu
AGUS : terima kasih om....tidak usah
Heru Purnama berusaha memberikan uang pada Agus, tetapi Agus tetap menolak dan tidak mau menerimanya dia langsung keluar dari rumah makan itu dan kembali duduk di tempat semula, tidak berapa lama Heru keluar dan langsung menuju mobilnya untuk ke Cirebon sebelum Heru pergi dia sempat melihat Agus sedang duduk seorang diri..
Sementara itu Enny yg tersesat di kawasan Balaraja diapun sedang kebingungan tak tahu jalan untuk pulang, hingga malam pun datang Enny terus berjalan entah kemana dan akhirnya diapun beristirahat dan menginap di bawah kolong jempatan layang.
Diapun sedih karena teringat dengan kedua adiknya yg di Mauk, tentu saat ini Agus dan Ningsih sedang memikirkannya karena seharian tak pulang dan entah sampai kapan dia akan berada di Balaraja dan jauh dari adik2nya.
ENNY : Ningsih adikku..maaf kan kakak yg tidak bisa memenuhi permintaanmu,
Enny pun menjadi sedih batinnya menangis karena rindu akan adiknya yg kini berpisah dan jauh darinya.
Waktu terus berjalan hingga sudah satu minggu Enny berada di daerah Balaraja
sementara uang pun sudah tidak punya lagi, hingga akhirnya Enny menjadi gelandangan di Balaraja.
Pagi itu Heru sedang dalam perjalanan pulang menuju Tangerang dan saat itu dia ada di jalan pantura, Heru pun mengisi bensin mobilnya yang ternyata tidak jauh dari tempat dimana Heru istirahat seminggu yang lalu,setelah membeli bensin Heru menuju warung untuk membeli rokok, dan dia melihat seorang anak kecil yang menangis ia pun menghampirinya.
HERU : dik kau masih ingat aku kan....kenapa kau menangis..?
AGUS : iya om .... sudah satu minggu aku di sini.... aku ingin pulang...tapi aku tidak tahu kemana arahnya..
HERU : memangnya rumahmu dimana
AGUS : rumahku ada di Mauk,Tangerang om
HERU : jauh sekali bagaimana kau bisa sampai kemari
AGUS : aku ikut bus om jualan...aku ingin pulang
HERU : kalau begitu kau ikut saja dengan om...kebetulan om juga dari Tangerang dan sekarang mau pulang...oyo ikut saja nanti om antar sampai rumahmu, keduanya masuk mobil dan langsung meluncur menuju arah jakarta .
setelah sore hari mereka sudah sampai di Tangerang namun Agus lupa kemana arah menuju rumahnya.
HERU : coba kau ingat2 di daerah mana rumahmu...?
Agus terus berpikir untuk mengingat jalan menuju rumahnya.
AGUS : sekarang aku ingat kita ke terminal Mauk dulu om...dari sana aku ingat jalan menuju rumahku...!
HERU : baik lah
Heru pun langsung melaju mobilnya menuju terminal Mauk dan setelah dekat terminal barulah Agus hapal jalan menuju rumahnya, begitu sampai di sebuah jalan kecil, Agus pun minta berhenti .
AGUS : berhenti om.. itu jalan setapak menuju rumah ku..
Begitu mobil berhenti Agus langsung turun dari mobil dan berlari menuju rumahnya tanpa menghiraukan Heru yang mengantarkannya.
Heru keluar dari mobilnya dan melihat di kejauhan sana tidak ada perumahan dan yg ada hanyalah beberapa orang berseragam satpol pamong praja yang terlihat sedang sibuk bekerja membersihkan lokasi sekitar tempat itu,
Heru langsung berjalan menuju jalan setapak yang tadi di lalui Agus.
Begitu dekat dia melihat saat itu Agus sedang kebingungan karena ternyata rumah nenek Meiga Ataswati tempatnya menginap telah di gusur, dan tidak ada satupun rumah ditempat itu yg tinggal hanyalah reruntuhan kayu dan papan.
Karena merasa sedih Agus pun duduk, pandangan matanya kosong menatap langit, dia jadi teringat dengan masa lalu di saat kedua orang tuanya masih hidup, hari harinya di lalui dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan, namun setelah kedua orang tuanya telah tiada, derita demi derita terus menimpanya seakan tak mau berhenti menyiksa dirinya. Apalagi kini kakak dan adiknya yang selama ini mampu membuat dirinya bertahan untuk menghadapi kerasnya kehidupan juga telah pergi meninggalkannya seorang diri entah dimana mereka berada sekarang.
AGUS : kak Enny, Ningsih...dimana kalian, kenapa kalian pergi meninggalkan aku....
Karena tak tahan menahan kesedihannya Agus pun menangis di tempat itu tanpa ada yg menghiraukannya.
=====bersambung======

Tidak ada komentar: