Kebahagiaan itu seperti pelangi, tak pernah berada di atas kepala sendiri. Dan Pelangi itu tidak akan indah jika hanya satu warna, kalau langit tidak menangis mana mungkin taman akan tersenyum..

Kamis, 10 September 2015

Ratapan Anak Tiri 6

RATAPAN ANAK TIRI
bagian ke 6
cerita : " GUYON MATON "
Para warga yang kebetulan ada di sekitar tempat kejadian langsung beramai ramai membawa mayat pak Wahyu kerumahnya, sementara kepsek pak Warsito Uncu langsung masuk kedalam kelas untuk menemui Enny, untuk mengajaknya pulang.
Enny dan Agus pun keluar meninggalkan kelas dengan di temani kepsek pak Warsito ketiganya pulang kerumah pak Wahyu, selama dalam perjalanan, Enny merasa heran dan penuh tanda tanya kenapa dia dan adiknya di suruh pulang, ingin rasanya dia bertanya namun niat itu selalu di urungkannya.

Selama dalam perjalanan pulang menuju rumah Enny menjadi tidak tenang, dia sangat gelisah jantungnya berdebar-debar tak karuan, setelah melihat rumahnya,
dia menjadi bingung karena saat itu di rumahnya sudah banyak tetangga yang datang dan berkumpul di rumahnya, langkah Enny menjadi terasa berat apalagi semua mata memandanginya, membuat Enny semakin bingung.
Dengan langkah pelan Enny pun masuk ke dalam rumahnya mendadak jantung terasa berhenti berdetak, setelah melihat adik dan ibu tirinya sedang menangis meratapi sosok manusia yang terbaring tertutup kain batik, apalagi di dalam rumah itu terlihat banyak tetangga sedang duduk sambil membaca surat yasin.
Enny dan Agus mendekati ibunya, melihat Enny datang Ningsih sang adik langsung belari memeluk kakaknya sambil menangis.
PURWANINGSIH : kaaaak.....bapak kak
ENny mendekat dan membuka kain penutup kepalanya setelah tahu bahwa sang bapak telah tiada Enny dan Agus pun langsung menjerit.
ENNY : bapaaaak....
Suasana rumah menjadi histeris oleh tangisan Enny dan kedua adiknya,
beberapa warga dan kerabat berusaha menenangkan mereka bahkan Rara yang saat itu sedang menangis langsung memeluk Ningsih anak tirinya yang paling bungsu.
Tidak ada yang di lakukan oleh ke empatnya selain menangis dan saling berpelukan,
matahari sudah agak condong ke barat, pak Wahyu pun sudah dikuburkan, para warga yang ikut mengantar ke pemakaman semua sudah pulang ke rumah, termasuk Rara diapun langsung pulang ke rumah karena masih banyak orang yang berdatangan yang mengucapkan bela sungkawa atas kematian suaminya.
Sementara Enny dan kedua adiknya masih tetap berada di tempat itu, ketiganya masih menangis, karena baru saja di tinggalkan oleh orang yang sangat di cintainya,
Enny sama sekali tidak menyangka bahwa orang2 yang sangat di cintainya telah pergi meninggalkan dirinya dan ke dua adiknya.
Enny jadi termenung dia kembali teringat akan masa lalu bersama kedua orang tuanya, disaat mereka masih hidup selama ini kedua orang tuanya selalu memanjakannya, apa yang di inginkan selalu terpenuhi, namun kini kedua orang tuanya telah pergi meninggalkannya, Enny menjadi sedih dan menangis karena dia teringat masa masa indah dulu bersama kedua orang tuanya..tiba2 Rara sang ibu tiri ada di depannya sambil tertawa....
Rara : ha ha ha sekarang bapakmu sudah tiada, tidak ada lagi yang akan melindungimu, kau dan adik2mu akan menjadi budakku ha ha ha
AGUS : kak...kenapa kakak diam saja
ENNY : ..!?..ohh
Enny jadi kaget rupanya saat itu dirinya sedang melamun, tidak ada Rara sang ibu tiri di tempat itu selain hanya dirinya dan kedua adiknya.
ENNY : Gus bapak sudah tiada, dia pergi menyusul ibu, sekarang tinggal kita bertiga
AGUS : kak aku takut pulang kerumah,
NINGSIH : kak kita jangan pulang yah, Ningsih takut sama ibu
ENNY : kakak juga takut tapi kalau kita tidak pulang kita tidur dimana,
AGUS : kemana saja kak asal jangan kembali kerumah aku takut kak
ENNY : kita harus kemana yah...oh iya aku ingat...Gus kau masih ingat kan dengan pakde Hermawan Moh kakaknya ayah itu...?
AGUS : ya aku ingat pakde Hermawan Moh yang tinggal di kota Tangeran.
ENNY : benar Gus, kita kerumahnya dan tinggal disana...tapi....
AGUS : tapi apa kak..?
ENNY : kakak tidak tahu alamatnya bagaimana kita menemuinya?
AGUS : kita cari saja dan tanya sama orang2 siapa tahu ada yang mengenalnya
ENNY : bagaimana kita kesana..Gus..?
AGUS : kita kestasiun kereta aja kak
NINGSIH : iya kak... kita naik kereta aja kesana nanti kita tidur di kolong kursi
AGUS : ayolah kak kita berangkat sekarang juga untuk mencari pakde Hermawan Moh
ENNY : baiklah, ayo kita berangkat
Siang itu juga Enny dan kedua adiknya pergi meninggalkan tempat pemakaman itu dan ketiganya berjalan kaki menuju stasiun untuk naik kereta mencari pakde Hermawan Moh yang tinggal di kota Tangeran.
Ketiga anak yang masih kecil itu terus berjalan dari siang, kadang mereka istirahat untuk melepas lelahnya dan berjalan lagi bila sudah lelahnya hilang,dan sampailah mereka di stasiun kereta yang mereka tuju.
Sesampainya di stasiun mereka bingung arah kemana kereta yang harus mereka naiki dan bertanya pada salah seorang yang ada di stasiun itu dia bernama Pak dhe Ngarso.
ENNY : maaf Pak Dhe mau numpang nanya
PAK DHE NGARSO : ada apa duk... kamu mau tanya apa ?
ENNY : ini Pak Dhe mau tanya ,kereta yang menuju arah Tangeran kemana ya ?
PAK DHE : oh itu to nduk...tunggu aja sebentar lagi keretanya datang
yang ke arah barat nduk
ENNY : ya ..trima kasih Pak Dhe
Setelah bertanya ,Enny pun menuju arah yang di tunjukkan oleh Pak Dhe Ngarso dan benar tak lama kemudian kereta pun datang,dan mereka pun naik kedalam kereta itu.
Hari udah malam dan mata pun udah ngantuk hinga mereka bertiga Enny,Agus dan Ningsih mencari tempat untuk istirahat di kolong kursi.
Mereka sangat letih sekali hingga mereka tidur dengan pulas ,mereka baru bangun setelah kereta berhenti di stasiun senin karena kereta yang di tumpanginya tujuan akhir adalah stasiun senin.
Setelah keluar dari kereta mereka pun bingun tidak tau arah ,dan mereka juga tidak tau alamat pakde Hermawan Moh, Enny berusaha tanya pada setiap orang yang ada di stasiun itu tapi tak satupun mereka yang tau dan mengenal pakde Hermawan Moh.
========bersambung=======

Tidak ada komentar: