Kebahagiaan itu seperti pelangi, tak pernah berada di atas kepala sendiri. Dan Pelangi itu tidak akan indah jika hanya satu warna, kalau langit tidak menangis mana mungkin taman akan tersenyum..

Kamis, 10 September 2015

Ratapan Anak Tiri 7

RATAPAN ANAK TIRI
bagian ke 7
cerita : " GUYON MATON "
Setelah keluar dari kereta mereka pun bingun tidak tau arah ,dan mereka juga tidak tau alamat pakde Hermawan Moh, Enny berusaha tanya pada setiap orang yang ada di stasiun itu tapi tak satupun mereka yang tau dan mengenal pakde Hermawan Moh.
Enny pun mengajak kedua adiknya untuk keluar dari stasiun itu dan mereka berjalan dengan bingung dan tak tau arah dan tujuan,hingga akhirnya mereka sampai di terminal bus antar kota.
Pagi itu suasana di sekitar terminal tampak ramai, beberapa kendaraan sudah terlihat banyak yang parkir, bahkan para calo dan kondektur juga terlihat lalu lalang,
bahkan diantara para calo itu terlihat juga Mas Gondronk sang kernet angkot, saat itu sedang berteriak, mencari calon penumpang.

GONDRONG : mari pak mari bu mau.....Tangerang..Tangerang
Enny,Agus dan Purwaningsih pun naik ke bus itu,hingga akhirnya bus yang di naiki mereka berhenti di terminal Mauk, dan mereka pun turun.
Saat itu Enny dan kedua adiknya masih tetap berdiri ketiganya terlihat sedang kebingungan karena tidak tahu kemana harus berjalan.
AGUS : sekarang kita kemana kak
ENNY : kakak juga bingung Gus, kemana kita harus mencari pakde Hermawan Moh.
AGUS : disini kan banyak orang coba kita tanya sama mereka, barang kali ada yg kenal sama pakde Hermawan Moh.
ENNY : ayo kita coba tanya sama orang itu..
Ketiga anak kecil itu berjalan mendekati orang yang ada di sekitar tempat itu.Orang itu bernama Budi Pengasih.
ENNY : maaf bang kami mau nanya, apakah abang kenal dengan pakde Hermawan Moh.
BUDI : gak tau,..ganggu orang aja aku gak kenal....sana tanya ama yang lain barang kali tahu
Budi Pengasih pun langsung pergi meninggalkan ketiga anak kecil yg masih kebingungan itu, sementara Enny dan kedua adiknya terus bertanya kesana kemari namun dari sekian banyaknya orang yg ada di situ tidak ada satu pun yg mengenal pakde Hermawan Moh, hingga hari pun semakin siang ke tiga anak itu terus bertanya namun tetap hasilnya nihil.
Sampai siang ketiga anak kecil itu masih tetap bertahan di terminal itu, tanpa makan, sementara untuk minum mereka bertiga mencari botol aqua sisa penumpang yg tergeletak di jalanan sekitar terminal.
NINGSIH : capek kak aku ingin istirahat dulu
ENNY : ya sudah kalau kalian capek kita cari istirahat yang enak untuk duduk..
Enny mengajak kedua adiknya kepinggir dan setelah dapat tempat yg dirasa enak Agus dan Ningsih pun duduk sementara Enny masih tetap berdiri.
ENNY : Gus kau tunggu saja disini jaga Ningsih yah,
AGUS : baik kak..
ENNY pergi meninggalkan Agus dan Ningsih di tempat itu, rupanya saat itu Ningsih anak yang paling kecil saat itu sudah mulai kelaparan.
NINGSIH : kak kapan kita bertemu sama pakde Hermawan Moh
AGUS : sabar saja Ning, kak Enny masih mencari, nanti juga kita ketemu sama pakde Hermawan Moh
NINGSIH : kak Ningsih lapar
AGUS : Ning, kakak tidak punya uang untuk beli makanan, kalau kamu lapar sudah minum aja lagi, biar laparnya hilang.
NINGSIH : tp Ning sudah sangat lapar kak
AGUS : sebentar yah kakak mau cari kak Enny dulu, ingat kamu jangan kemana mana, tunggu disini sampai kakak datang
NINGSIH : baik kak...
Agus pun bangun meninggalkan Ningsih seorang diri, dia langsung mencari Enny kakaknya, berputar kesana kemari namun Enny tetap tidak di temukan,
Ketika melintas di samping penjual pisang goreng, kebetulan si pedagangnya sedang ngantuk dan duduk di samping gerobak dagangannya, Agus pun berhenti dia melihat kiri dan kanannya, meski saat itu sedang ramai namun rupanya tidak ada orang yg memperhatikannya.buru2 tangan Agus menyambar beberapa gorengan dan langsung kabur menemui Ningsih adiknya.
AGUS : Ning kau makan lah pisang ini
NINGSIH : terima kasih kak
Disaat Ningsih sedang asik makan datanglah Enny dan langsung menghampiri keduanya
ENNY : Ning..dari mana kau dapat makanan itu..?
NINGSIH : dari kak Agus
ENNY : Gus dari mana kau dapatkan makanan itu..?
Agus hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Enny kakaknya
ENNY : katakan Gus dari mana....apa kau mencuri yah ..?katakan gus..!.
AGUS : maaf kak.. tadi Ningsih kelaparan,..
ENNY : Gus kita bertiga semua kelaparan, apa hanya karena lapar kau harus jadi pencuri... kakak tidak mau itu
AGUS : maafkan saya kak...saya terpaksa melakukannya
ENNY : orang tua kita di alam sana pasti sedih, kalau tahu anaknya jadi pencuri
AGUS : maafkan aku kak...saya berjanji tidak akan melakukannya lagi
ENNY langsung memeluk kedua adiknya dia jadi sedih melihat Agus dan Ningsih yang sedang kelaparan sementara dirinya juga tidak bisa berbuat apa apa.
Rasa putus asa sudah ada dihati Enny karena tidak bisa menemukan orang yang sedang dicari, mau berjalan pun bingung harus kemana,
tidak ada yang dilakukan oleh ketiganya selain duduk dan pasrah saja menunggu nasib apa yang akan menimpanya, hingga waktu sore pun datang ketiga anak kecil itu masih tetap berada di sekitar terminal.
Tiba2 datang seorang wanita tua bernama Meiga Ataswati menghampiri ketiganya
MEIGA : nak ini ada nasi, makan lah
Wanita tua itu memberikan nasi bungkus pada ketiga anak itu, namun Enny dan kedua adiknya tidak langsung menerimanya, ketiganya hanya memandangi wajah wanita tua itu, si wanita tua itu pun tersenyum kepada mereka
MEIGA : jangan takut terima saja, dari pagi nenek perhatikan kalian, dan nenek pun tahu kalian bertiga belum makan pasti kalian lapar.....terimalah
ENNY : terima kasih nek.
Akhirnya Enny pun menerima pemberian wanita tua itu, dan ketiganya membuka bungkusan nasi dan langsung makan, sementara si nenek hanya memperhatikan ketiga anak kecil yg sedang makan nasi pemberiannya,
setelah ketiga anak kecil itu makan nenek netah pun mengajaknya ngobrol.
MEIGA : kalian bertiga dari mana
ENNY : kami dari desa Kulon Kali nek,
MEIGA : Kulon Kali tentu jauh sekali karena nenek saja belum pernah mendengar nama desa itu ...sudah seharian kalian di tempat ini, tentu orang tua kalian cemas
ENNY : kami bertiga sudah tidak punya orang tua nek, ayah dan ibuku telah tiada
MEIGA : kasihan sekali kau nak, lalu kenapa kalian bisa ada di sini
ENNY : kami sedang mencari pakde Hermawan Moh, apa nenek mengenalnya ?
MEIGA : sayang sekali nenek tidak mengenal pakdemu...apa kalian tahu alamatnya
Enny : tidak nek..
MEIGA : bagaimana mencarinya sedangkan alamat saja kalian tidak tahu....yah sudah lah alu dimana kalian akan menginap
ENNY : entahlah nek, kami tidak tahu karena kami tidak punya tempat tinggal.
MEIGA : kalau begitu kalian bertiga ikutlah denganku...tinggal saja di rumah nenek
ENNY : terima kasih, tapi apakah kami tidak merepotkanmu nek
MEIGA : kebetulan nenek juga tinggal sendirian, kalau kalian mau tinggal di rumahku nenek sangat senang ada yang menemani agar nenek tidak kesepian...kalau begitu ayo kita pulang
ENNY : baik nek.
Enny dan dua adiknya bangun ketiganya mengikuti nenek Meiga yang ternyata seorang pemulung, sebelum berjalan ke rumah nenek netah terlebih dulu mengambil barangnya yaitu sekarung rongsokan dari jenis kaleng dan botol plastik yang ditaruhnya di belakang terminal.
Mereka terus berjalan untuk pulang dan ternyata rumah nenek Meiga sangat jauh dari terminal karena dia tinggal di lingkungan TPA dan banyak memiliki tetannga yang mayoritas pekerjaannya mencari sampah dan pedagang asongan.
Nenek Meiga sangat terkenal di lingkungannya, karena suka menolong orang yang susah, meski dirinya hanya nenek tua yg miskin.
Ketiga anak kecil yang di bawa nenek netah kerumahnya itu di sambut baik oleh seluruh warga di lingkungan itu.
Bahkan setelah tiga hari tinggal dirumah nenek Meiga, akhirnya ada tetangganya yang mencarikan pekerjaan untuk Enny dan Agus hingga akhirnya keduanya pun bisa bekerja dan mencari uang meski hanya sebagai pedagang asongan yang keluar masuk di setiap bus yang berhenti di sekitar terminal
Pagi berangkat dan sorenya pulang terkadang masih siang pun sudah pulang bila dagangannya habis terjual, sehingga Agus punya waktu bermain bersama teman2 sebayanya yg ada di lingkungan sekitar TPA ( tempat pembuangan akhir )
Enny,Agus dan Purwaningsih menemukan kembali kebahagiaannya walau saat ini hidup dalam kemiskinan.
======bersambung=====

Tidak ada komentar: