Kebahagiaan itu seperti pelangi, tak pernah berada di atas kepala sendiri. Dan Pelangi itu tidak akan indah jika hanya satu warna, kalau langit tidak menangis mana mungkin taman akan tersenyum..

Senin, 11 Agustus 2014

Senyumu adalah Bahagiaku

Tangisan dalam bening hening  kau tabur
Gema bercampur kata-kata
Tiupan hawa dingin pagi
Menusuk relung tulangku
Aku terdiam termangu menyendiri


Loro ati atiku loro 
Tansah soyo keronto-ronto
Raoso iki tetep jroning dodo
kowe uwis bedo
Tumetesing iluhku nganti koyo tirto segoro

Jiwaku makin terhimpit sesak nafasku
Kupejamkan mata ini dalam lima detik
Berharap jarak tak memisahkan kata SAYANG
Tidak ada rasa yang musnah
Sebab raga belumlah punah

Jarak yang memisahkan
Enkau dan aku
Terlukis sebuah rasa
Berbingkai biru
Gelisah karnamu
Ingin didekatmu

Rindu hati datang mengelegar
Gelora jiwa datang menyeruak
Seiring waktu menatap mentari
Menunggu tamaram jingga mewarnai
Di ufuk timur dan barat lukisan abadi

Sambutlah matahari
Hangatkan diri ini
Cintaku dan cintamu takterpisahkan
Nyanyian suara hati bergelora didada
Biarkan mereka bicara



5 komentar:

anindi mengatakan...

Kadang rasa tak perlu diungkap kata, karna sejatinnya rasa memiliki mata, mata yang cukup untuk melihat dalam dada. tak perduli apa kata mereka

wahyu hartana mengatakan...

Hai..Anindi
Bila diam adalah pilihan biarkan rasa yang berbicara
Bila mata terpejam bisa melihat biarlah mimpi yang menuntunnya
Bila esok hari mentari bersinar terang Biarkan Dia untuk menyinari
Biarkan Dia yang berbicara
Biarkan Dia yang menjelaskan

anindi mengatakan...

Hai juga...
Diam pilihan yang sulit
Terpejam hanya menambah deras air mata
Dia tak bisa bersinar
Dia tak mampu berbicara
Dia tak mampu menjelaskan
Diam adalah pilihan sulit Dia
Dia hanya bisa berharap
Dia hanya bisa bermimpi
Waktu akan mempertemukan

wahyu hartana mengatakan...

Tiada keindahan bila berandai-andai
Tiada kemudahan walau harus berkata
Derai air mata wujud tumpahan rasa
Dia tidak berlari dari sinarnya
Akupun tidak lantas sembunyi
Dia tidak berbicara dengan kata
Akupun tidak lantas tuli

anindi mengatakan...

tak ada lagi yang bisa diungkap dengan kata; tak ada lagi duka yang bisa diurai dengan sempurna; tak bisa lagi berlari dari sinarnya; tak bisa lagi...
hanya air mata kata yang sempurna
karna DIA sudah mati