
Kurban mengingatkan kita akan keiklasan pengorbanan Nabi Ibrahim as yang menerima perintah untuk menyembelih anaknya Ismail, kita tak habis pikir betapa berat beban psikologis yang harus dialami Nabi Ibrahim. Bagi Ibrahim, Ismail adalah segalanya. Apapun iming-iming yang akan diberikan,tak sebanding dengan nyawa putranya. Apalagi Ibrahim pada waktu itu sudah renta yang tentu saja sangat merindukan kehadiran anak yang akan meneruskan dakwahnya.Karena keiklasannya tersebut akhirnya Allah mengganti ismail dengan seekor kambing
Kurban memiliki dua dimensi, vertikal dan horisontal. Secara vertikal, ritual simbolik itu merupakan upaya untuk mendekatkan diri (taqorrub) kepada Allah swt Sementara dari sudut horisontal, Korban sebenarnya mengajak agar manusia memilki rasa kepedulian terhadap sesama yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Bukan sebatas wacana yang nihil dalam realitas. Melalui ritual penyembelihan, kita sesungguhnya di ajak untuk tidak menjadi hewan. Kita harus kembali kepada khittah sebagai manusia yang mengakui "kemanusiaan" itu sendiri.
Dengan dibuangnya sifat hewani tersebut, nantinya ada perbedaan antara manusia dengan hewan. Sebab ada 3 hal yang membedakan manusia dengan hewan. Yaitu manusia bisa berfikir sementara hewan tidak, manusia bisa twersenyum sementara hewan tidak, manusia mempunyai rasa malu sementara hewan tidak.
Maka dengan kurban supaya manusia bisa berfikir positif,tersenyum dan mempunyai rasa malu. Hal itu harus dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Karena "iman" tidak hanya bisa diucapkan dan diyakini tetapi juga bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Asmuni Syukir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar