Sudah barang tentu manusia akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan
dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada diri kita atau
suami kita atau isteri kita atau anak kita ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi
justru disitulah akan tampak kadar iman manusia. Allah menurunkan cobaan atau ujian
kepada manusia, apakah engkau akan sabar
ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap
takdir Allah ?
Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata.
‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim
itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api
yang menghilangkan kotoran emas dan perak“. (Isnadnya Shahih, ditakhrij Abu Daud, hadits nomor 3092)
Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan
yang lebih baik daripada amalnya dan melipatgandakannya tanpa
terhitung. Firman-Nya.
"Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
mereka kerjakan". (An-Nahl : 96)
Allah menguji manusia menurut bobot iman yang di milikinya. Apabila bobot
imannya berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila
ada kelemahan dalam agama, maka cobaan yang diberikan kepada manusia juga
lebih ringan. Perhatikanlah riwayat ini.
Setelah
memahami, bahwa dunia ini penuh ujian, maka marilah kita mempersiapkan
diri sebelum cobaan itu benar-benar datang. Yaitu dengan mempertebal
keimanan kepada Allah. Sehingga saat menghadapi cobaan, kita tidak
berkeluh-kesah, dan semua akan terasa ringan. Kita harus yakin, ujian
atau musibah itu pasti ada akhirnya. Jangan sampai musibah tersebut
membuat kita menjadi gelap mata, sehingga mulut mengeluarkan perkataan
yang dapat membinasakan. Atau jangan sampai perbuatan kita membuat diri
menjadi binasa. Ringankanlah setiap beban dengan selalu mengingat pahala
dan ridha yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Cobaan itu memang berat dan menyesakkan,Jika kita ditimpa cobaan, maka tetaplah bersabar. Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Semua cobaan pasti ada akhirnya, dan pasti ada jalan keluarnya. Putus asa bukanlah sifat seorang mukmin. Kenapa kita harus meratapi satu atau dua cobaan, kemudian melalaikan nikmat-nikmat Allah lainnya yang begitu banyak jumlahnya?Dengan selalu berdo’a, Allah pasti mendengar dan pasti akan mengabulkan permintaan kita, yaitu dengan meringankan atau menghilangkan cobaan-Nya.
Keadaan
dan nasib seseorang suatu saat pasti ada perubahan. Seorang yang
berbahagia, ialah orang yang senantiasa mampu menjaga ketakwaannya
kepada Allah, meskipun ia didera berbagai musibah. Maka, marilah kita
menjaga ketakwaan kepada Allah dalam setiap kondisi. Tidak ada
kesempitan, kecuali pasti ada keluasannya. Tidak ada rasa sakit, kecuali
pasti ada kesembuhannya. Tidak ada kefaqiran, kecuali ada kekayaan. Dan
begitulah seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar