Kebahagiaan itu seperti pelangi, tak pernah berada di atas kepala sendiri. Dan Pelangi itu tidak akan indah jika hanya satu warna, kalau langit tidak menangis mana mungkin taman akan tersenyum..

Selasa, 05 Juni 2012

JANGAN PERNAH MENCELA MAKANAN

   Teringat pesan dari simbah yang sekarang sudah meninggal,semoga amal kebaikan beliau di terima disisiNYA amiin. Bahwa kita tidak boleh mencela atau menghina suatu makanan. Misalnya masakan yang di sajikan ibu kita atau bahkan yang di sajikan oleh isatri kita karena kurang pas dengan lidah kita  lantas kita memfonis makanan itu dengan kata-kata "tidak enak".
Karena makanan itu sumber yang penting dalam hidup kita dalam tubuh kita sebagai sumber gizi, energi dan sebagai pertumbuhan.

   Mari kita berfikir sebebtar bahwa ibu atau istri kita sudah bersusah payah membuatkan makanan untuk kita dengan segala kerepotannya dia sudah di sempat- sempatkan menyiapkan makanan untuk kita untuk keluarganya tapi kita dengan enteng mengatakan bahwa masakan atau makanan itu tidak enak betapa sakit hati dan perasaan ibu atau istri kita yang telah rela dan bersusah payah menyajikannya.


   Bila kita mau berfikir lebih jauh lagi satu makanan yang kita makan itu sebenarnya sudah melewati banyak tangan, misalnya di meja makan hanya ada nasi dan sayur tempe, sudah banyak orang yang secara tidak langsung mengantar kemeja makan, dari padi menjadi beras dari kedelai menjadi tempe sudah melewati beberapa orang yang tidak sedikit. belum lagi proses memasaknya misalnya sayur tempe dari bumbu-bumbunya juga melewati tahapan-tahapan yang semuanya itu membutuhkan campur tangan dari orang lain.

   Setelalah di meja makan kita tidak tau sudah berapa banyak orang yang terlibat di dalamnya dan kita hanya tinggal makan tidak bersusah payah mengolahnya. Maka jangan mencela makanan yang kita makan yang kita makan.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. itu tidak pernah mencela samasekali pada sesuatu makanan. Jikalau beliau s.a.w. ingin pada makanan itu beliaupun memakannya dan jikalau tidak menyukainya, maka beliau tinggalkan – tanpa mengucapkan celaan padanya.” (Muttafaq ‘alaih)

Tidak ada komentar: