Kebahagiaan itu seperti pelangi, tak pernah berada di atas kepala sendiri. Dan Pelangi itu tidak akan indah jika hanya satu warna, kalau langit tidak menangis mana mungkin taman akan tersenyum..

Senin, 26 Desember 2011

SEKATEN 2011

    Hari ini adalah persiapan dalam menyambut atau ikut memeriahkan  acara sekaten yang di adakan setiap tahun sekali  di alun- alun yogyakarta,persiapan dalam membuat stan kali ini sangat mepet sekali dan dengan persiapan ala kadarnya .Tapi tak apalah tidak menyurutkan tekat untuk ikut serta memeriahkan acara sekaten dan pasar malam,yang insya allah akan di buka besok pada tgl 28 Desember 2011 ( 2 Shafar 1433 ).
    Lalu apa itu sekaten ...?,dan kenapa di adakan setiap setahun sekali...? Sekaten itu tradisi atau budaya dalam menyambut  Maulid Nabi  Muhammad SAW, yang ada di pulau jawa khususnya jogjakarta dan solo.Makna sekaten ,sekaten berasal dari kata "syahadatain"adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad s.a.w. di alun-alun Yogyakarta (dan juga di alun-alun Surakarta secara bersamaan). Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.
     Dinamakan Syahadatain (2 kalimat syahadat), karena perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW pada zaman dahulu diadakan di masjid Demak, sehingga para pengunjung yang datang diwajibkan membaca dua kalimat Syahadat. Maka, keramiaan itu kemudian terkenal dengan syahadatan atau syahadatein, yang kini lalu menjadi kata sekaten (syahadatein).
     Dari perkembangan penyelenggaraan Sekaten tahun demi tahun di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, pada pokoknya terdiri dari 3 acara yaitu:
  1. 1. Dibunyikan dua perangkat gamelan, Kanjeng Kyai Nogowilogo dan Kanjeng Kyai Guntur Madu, selama 7 hari berturut ¬turut kecuali Kamis Malam sampai Jum’at Siang, di Kagungan Dalem Pagongan Masjid Agung Yogyakarta.
  2. 2. Peringatan hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, pada tanggal 11 Maulud malam, di Serambi Kagungan Dalem Masjid Agung, dengan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW oleh Abdi Dalem Sinuwun, para kerabat, pejabat dan rakyat Ngayogyakarta Hadiningrat.
  3. Pemberian sedekah Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan, berupa hajad Dalem Gunungan dalam Upacara Garebeg sebagai puncak acara Sekaten peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
GREBEG MULUDAN

Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 (persis di hari ulang tahun Nabi Muhammad s.a.w.) mulai jam 8:00 pagi. Dengan dikawal oleh 10 macam prajurit Kraton sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah dido'akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.

TUMPLAK WIJIK
Dua hari sebelum acara Grebeg Muludan, suatu upacara Tumplak Wajik diadakan di halaman istana Magangan pada jam 16:00 sore. Upacara ini berupa kotekan atau permainan lagu dengan memakai kentongan,lumpang untuk menumbuk padi, dan semacamnya yang menandai awal dari pembuatan Gunungan yang akan diarak pada saat acara Grebeg Muludan nantinya. Lagu-lagu yang dimainkan dalam acara Tumplak Wajik ini adalah lagu Jawa populer seperti: Lompong Keli, Tundhung Setan, Owal awil, atau lagu-lagu rakyat lainnya.

SEKATEN ERA SEKARANG

Kini, setelah ratusan tahun berlalu, tradisi sekaten masih tetap diuri-uri oleh kedua kerajaan pewaris kejayaan Islam di masa lalu: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta. Sentuhan zaman modern merubah wajah penampilan tradisi sekaten, meski tak sampai merombak inti perayaannya. Namun seperti disayangkan oleh banyak pihak, sekaten di Jogjakarta pada tahun tahun terakhir lebih dominan aspek bisnisnya dan tontonannya dan porsi dakwahnya (tuntunan) dari tahun ke tahun menjadi berkurang.

Karena itu, sekaten perlu dikembalikan pada fungsinya semula, yakni dengan menekankan fungsi dakwah, sehingga sekaten diharapkan membawa tuntunan dan bukan sekedar tontonan.

Belakangan sekaten belum berfungsi sebagai forum yang mengutamakan aspek dakwah (Islam), melainkan hanya perayaan, hiburan dan pasar malam, dan kadar dakwahnya tak lebih dari 15% .

Oleh karena itu, ke depan tradisi sekaten musti dilakukan restrukturisasi dan revitalisasi serta diarahkan kepada aspek dakwah (tuntunan) dengan melibatkan lembaga-lembaga dakwah, pondok-pondok pesantren dan Departemen Agama ntuk menempatkan sekaten pada fungsi historisnya secara proporsional sebagai media dakwah (Islam).



 Wallahualam
 Dikutip dari berbagai sumber.by Catatan Gus Imam Puji Hartono 
                                                Kang Anwar
                                               

Tidak ada komentar: